INFO GUA dan Yang LAIN

 1. Gua Maria SENDANGSONO

Terletak di Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang,    Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Gua Maria Sendangsono dikelola oleh Paroki St. Maria Lourdes di Promasan, barat laut Yogyakarta.

Selain berdoa, pada umumnya para peziarah mengambil air dari sumber. Mereka percaya bahwa air tersebut dapat menyembuhkan penyakit.


Menurut cerita Sendangsono awalnya merupakan tempat pemberhentian (istirahat sejenak) para pejalan kaki dari Kecamatan Borobudur Magelang ke Kecamatan Boro (Kulon Progo), atau sebaliknya. Tempat itu banyak dikunjungi karena keberadaan sendang (mata air) yang muncul di antara dua pohon sono. Kesejukan dan kenyamanan tempat itu ternyata juga dimanfaatkan untuk bertapa oleh sejumlah rohaniawan Buddha dalam rangka mensucikan dan menyepikan diri.

Sejarah

Relief di Sendangsono yang menggambarkan penduduk desa berpakaian adat Jawa sedang dibaptis.
Pada 14 Desember 1904 silam Romo Van Lith membaptis 171 warga setempat dengan air dari kedua pohon sono, termasuk Bapak Barnabas sebagai katekumen pertama. Dua puluh lima tahun kemudian tepatnya 8 Desember 1929 Sendangsono dinyatakan resmi menjadi tempat penziarahan oleh Romo J.B. Prennthaler SJ.
Patung Bunda Maria di Sendangsono dipersembahkan oleh Ratu Spanyol yang begitu susahnya diangkat beramai-ramai naik dari bawah Desa Sentolo oleh umat Kalibawang.
Pada 1945 Pemuda Katolik Indonesia berkesempatan berziarah ke Lourdes, dari sana mereka membawa batu tempat penampakan Bunda Maria untuk ditanamkan di bawah kaki Bunda Maria Sendangsono sebagai reliqui sehingga Sendangsono disebut Gua Maria Lourdes Sendang Sono.
Dibangun secara bertahap sejak tahun 1974, hanya dengan mengandalkan sumbangan umat. Budayawan dan rohaniawan, YB Mangunwijaya yang memberi sentuhan arsitektur. Konsep pembangunan kompleks Sendangsono ini bernuansa Jawa, ramah lingkungan. Bahan bangunannya memanfaatkan hasil alam.
Tahun 1991, kompleks bangunan Sendangsono mendapat penghargaan arsitektur terbaik dari ikatan arsitek Indonesia, untuk kategori kelompok bangunan khusus. ( Copas dr http://id.wikipedia.org/wiki/Sendangsono )

2. SUMUR KITIRAN MAS

Sumur Kitiran Mas yang berada di dalam Gereja St. Maria Assumpta di Paroki Pakem Yogyakarta, tepatnya ada di Jalan Kaliurang KM. 17, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Untuk mencapainya sangat mudah karena Gereja ini terletak di jalan utama menuju Tempat Wisata Kaliurang yang cukup terkenal itu. Jadi umat katolik yang kebetulan berwisata ke Kaliurang tidak ada salahnya untuk mampir sejenak untuk berziarah dan berdoa kepada Bunda Maria.


Sumur Kitiran Mas

Sumur ini dapat dikatakan istimewa karena sumur ini berada di dalam Gereja, berada di bawah patung Maria dan hanya beberapa meter dari Altar Gereja. Di dalam gereja ini ada 2 sumur yang berasal dari mata air yang sama yang satu kecil dan yang lainnya besar. Sumur yang kecil memiliki diameter hanya sekitar 20 cm atau seukuran tegel. Sumur ini merupakan sumur asli yang digali pada tahun 1985 sedangkan yang besar digali pada tahun 2002 karena banyak peziarah yang mengambil air sumur sehingga sumur kecil tentu saja tidak mampu untuk malayani peziarah. Selain berziarah ada tirakatan atau berdoa bersama di depan gua. Dilakukan setiap malam rebo pahing (kalender jawa) sehingga acaranya biasa dengan Rebo Paingan.


Sumur Kitiran Mas Kecil

Sejarah singkat sumur ini pada awalnya di bawah patung Bunda Maria yang banyak digunakan orang untuk berdoa terdapat jambangan berisi air dengan tujuan agar tercipta suasana sejuk pada orang yang berdoa. Namun banyak umat yang selalu meminum air tersebut setelah berdoa sehingga lama-kelamaan terciptalah kebiasaan untuk meminum air tersebut. Dari kebiasaan tersebut ada beberapa orang yang mengalami mukjizat kesembuhan dan ketenteraman batin. Kesejukan air dan ketenteraman saat berdoa itu membuat romo paroki saat itu, Rm G.P. Sindhunata, S.J. memiliki pemikiran bahwa di bawah patung terdapat sumber air dan ingin menggalinya. Penggalian dilakukan hanya berukuran kecil karena ada pendapat umat bahwa bagi Tuhan itu tidak ada yang mustahil jadi membuat ukuran yang kecilpun pasti bisa mendapatkan air. Setelah penggalian dengan usaha keras akhirnya selesai dan ditemukan mata air itu. Semenjak itu banyak orang datang untuk berdoa dan berziarah di tempat ini. ( Copas dr blog http://franzaditya.blogspot.com )

3. GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN

Gereja yang terletak sekitar 20 kilometer di sebelah selatan kota Yogyakarta in merupakan gereja Katholik pertama yang didirikan di kabupaten Bantul. Adalah keluarga Ir. Julius Schumutzer, seorang pengusaha pabrik gula di Gondolipura, Ganjuran yang berinisiatif mendirikan gereja ini. Peletakan batu pertama pembangunan gereja ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 April 1924. Empat bulan kemudian, gereja yang merupakan embrio dari paroki Ganjuran ini dapat diselesaikan dan diberkati oleh Mgr. Van Velsen SJ pada hari Rabu tanggal 20 Agustus 1924. Nuansa khas Jawa yang berupa iringan gamelan yang di terapkan pada liturgi  pada geraja ini merupakan salah satu cirri khas gereja ini.
Tiga tahun kemudian, keluarga Ir. Julius Schumutzer mendirikan sebuah bangunan yang mirip dengan candi Hindu pada bagian samping gereja. Bangunan yang didirikan pada tanggal 26 Desember tersebut diberkati pada tanggal 11 Februari 1930 oleh Mgr. Van Velsen SJ. Tujuan dibangunnya bangunan ini tidak lain adalah untuk kepentingan devosi kepada Hati Kudus.
Pada awalnya, bangunan tesebut hanya digunakan oleh keluarga Ir. Julius Schumutzer dan karyawannya saja, namun kemudian berkembang untuk umat secara luas.  Hingga kini, gereja Ganjuran merupakan salah satu tempat Ziarah umat Katholik di Vikep Daerah Istimewa Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang yang ingin melakukan devosi kepada Hati Kudus. Pada Jum’at pertama dan hari Minggu setiap bulan Mei, Juni dan Oktober pada setiap tahunnya, gereja ini ramai dikunjungi oleh peziarah dari berbagai tempat di seluruh Indonesia.